Thursday, September 26, 2013

Kisah Pegawai Twitter Batal Jadi Triliuner - ( T3CHNLG1 )

TEMPO.CO, Jakarta – Seiring semakin mendekatnya proses penjualan saham perdana Twitter pada November nanti, sebagian pegawai awal perusahaan bakal menjadi miliuner dan triliuner.

Ini karena mereka memiliki sejumlah kepemilikan saham yang bisa dijual pada saat penawaran saham perdana atau menunggu hingga harga saham terus merangkak naik.

Namun, tidak semua anggota tim awal bakal mengalami nasib seberuntung ini. Seperti kebanyakan start-up di kawasan Silicon Valley, California, Twitter mengalami perubahan tim awal secara cepat.

Ide-ide terus berkembang dan beberapa orang yang memainkan peran penting diawal belakangan tergeser. “Posisimu sudah dieliminasi,” kata Dom Sagolla @Dom, karyawan kesembilan Twitter, menceritakan pemberitahuan yang dialaminya pada 2006.

Saat itu, Sagolla mengepalai bagian kualitas aplikasi di Odeo, sebuah perusahaan pembuat podcast yang belakangan berubah menjadi Twitter.

Saat Odeo tumbuh semakin pesat, peran Sagolla juga semakin penting. Namun saat Apple meluncurkan layanan podcast lewat toko online iTunes pada 2005, manajemen Odeo memahami bisnis perusahaan bakal terkena imbasnya.

Mereka memutuskan untuk menjajal ide baru dan menggelar ajang hackathon, yang diikuti secara internal. Hackhaton merupakan lomba merumuskan ide dan merancang aplikasi secara cepat.

Jack Dorsey, yang belakang sempat menjadi chief executive officer Twitter, bergabung dengan Sagolla dan penulis aplikasi dari Jerman, Florian Weber. Jack adalah pemegang saham individu terbesar kedua setelah Evan William, yang juga mantan CEO Twitter.

Idenya adalah membuat layanan untuk menyebarkan informasi secara cepat atau Twitter. Ide ini diterima. Namun karir Sagolla tidak berlanjut di Twitter.

Dia diajak berjalan-jalan di taman San Fransisco oleh beberapa pendiri dan diberitahu bahwa posisinya dihapuskan di perusahaan.

“Itu jelas sebagai langkah mengurangi karyawan,” kata Sagolla kepada CNN. Dia termasuk dari empat orang yang kehilangan posisi hari itu.

Meskipun dia kehilangan potensi kekayaan yang besar karena berhenti pada awal berdirinya Twitter, Sagolla tidak merasa mutung.

“Saya menyebutnya meraih gelar MBA seharga triliunan rupiah karena saya tidak mendapat apa-apa,” kata dia bercanda.

“Jika saya masih terus bekerja lebih lama dan memberikan kontribusi lebih banyak mungkin saya bakal merasa saya berhak mendapatkan imbalan,” kata dia.

Saat ini dia bekerja di Adobe dan kerap menggelar pertemuan sesama pengembang aplikasi di iPhone.

CNN | BUDI RIZA

Terhangat:

Jebret Timnas | Mobil Murah | Kontroversi Ruhut Sitompul

Baca juga:

‘Lubang Hitam’ Juga Ada di Samudra

Harga iPad Termurah Ada di Malaysia

Tubuh Pria Ini Bisa Hasilkan Alkohol

Penerapan 4G di Indonesia Terkendala Perangkat



 
Copyright Purple Fox Design All Rights Reserved